Ketika aku sudah tua, bukan lagi aku yang semula.
Mengertilah, bersabarlah sedikit terhadap aku.

Ketika pakaianku terciprat sup, ketika aku lupa bagaimana mengikat sepatu,
ingatlah bagaimana dahulu aku mengajarmu.

Ketika aku berulang-ulang berkata-kata tentang sesuatu yang telah bosan kau dengar, bersabarlah mendengarkan, jangan memutus pembicaraanku.

Ketika kau kecil, aku selalu harus mengulang cerita yang telah beribu-ribu kali kuceritakan agar kau tidur.

Ketika aku memerlukanmu untuk memandikanku, jangan marah padaku.
Ingatkah sewaktu kecil aku harus memakai segala cara untuk membujukmu mandi?

Ketika aku tak paham sedikitpun tentang tekhnologi dan hal-hal baru, jangan mengejekku.
Pikirkan bagaimana dahulu aku begitu sabar menjawab setiap “mengapa” darimu.

Ketika aku tak dapat berjalan, ulurkan tanganmu yang masih kuat untuk memapahku.
Seperti aku memapahmu saat kau belajar berjalan waktu masih kecil.

Ketika aku seketika melupakan pembicaraan kita, berilah aku waktu untuk mengingat.
Sebenarnya bagiku, apa yang dibicarakan tidaklah penting, asalkan kau disamping mendengarkan, aku sudah sangat puas.

Ketika kau memandang aku yang mulai menua, janganlah berduka.
Mengertilah aku, dukung aku, seperti aku menghadapimu ketika kamu mulai belajar menjalani kehidupan.

Waktu itu aku memberi petunjuk bagaimana menjalani kehidupan ini, sekarang temani aku menjalankan sisa hidupku.

Beri aku cintamu dan kesabaran, aku akan memberikan senyum penuh rasa syukur
Dalam senyum ini terdapat cintaku yang tak terhingga untukmu.

Sampingan  —  Posted: Oktober 22, 2012 in Uncategorized

Di sebuah gerbong kereta api yang penuh, seorang pemuda berusia kira-kira 24 tahun melepaskan pandangannya melalui jendela. Ia begitu takjub melihat pemandangan sekitarnya. Dengan girang, ia berteriak dan berkata kepada ayahnya:

”Ayah, coba lihat, pohon-pohon itu… mereka berjalan menyusul kita”. 

Sang ayah hanya tersenyum sambil menganggukkan kepala dengan wajah yang tidak kurang cerianya. Ia begitu bahagia mendengar celoteh putranya itu.

Syahdan, di samping pemuda itu ada sepasang suami-istri yang mengamati tingkah pemuda yang kekanak-kanakanitu. Mereka berdua merasa sangat risih. Kereta terus berlalu. Tidak lama pemuda itu kembali berteriak:

“Ayah, lihat itu, itu awan kan…? lihat… mereka ikut berjalan bersama kita juga…”. 

Ayahnya tersenyum lagi menunjukkan kebahagiaan. 

Dua orang suami-istri di samping pemuda itu tidak mampu menahan diri, akhirnya mereka berkata kepada ayah pemuda itu: 

“Kenapa anda tidak membawa anak anda ini ke dokter jiwa?” 

Sejenak, ayah pemuda itu terdiam. Lalu ia menjawab: 
“Kami baru saja kembali dari rumah sakit, anakku ini menderita kebutaan semenjak lahir. Tadi ia baru dioperasi, dan hari ini adalah hari pertama dia bisa melihat dunia dengan mata kepalanya”.

Pasangan suami itu pun terdiam seribu bahasa. 

>>Setiap orang mempunyai cerita hidup masing-masing, oleh karena itu jangan memvonis seseorang dengan melihat zahirnya saja. Barangkali saja bila anda mengetahui kondisi sebenarnya anda akan tercengang. Maka kita perlu berfikir sebelum bicara.

Tips Memaafkan

Posted: Oktober 16, 2012 in Uncategorized

Image

 

Kalau saya meminta anda menyebutkan salah satu perbuatan yang paling sulit dilakukan dalam hidup, mungkin akan ada beberapa yang menjawab: ‘memberi maaf‘. Sebelum saya membahas lebih lanjut mengenai tips cara memaafkan orang lain yang pernah menyakiti kita, terlebih dahulu saya akan memberikan satu cerita dongeng lawas yang sangatinspiratif tentang seorang pria dan seekor ular.
 
Dongeng:
Kisah ini dimulai ketika ada seekor ular yang membuat lubang untuk tempat tinggalnya di dekat teras rumah salah satu penduduk setempat, yang kemudian menggigit anak bayi pemilik rumah dan mengakibatkan luka sangat fatal yang berujung kematian. Si pria yang tengah berduka atas kehilangannya ini, memutuskan untuk membunuh ular itu.
Keesokan harinya pria ini menunggu di dekat lubang, hingga ketika ular tersebut keluar untuk mencari makanan, dia segera mengayunkan kapak mencoba memotong tubuh ular. Namun karena terlalu tergesa-gesa dia pun meleset, dia hanya memotong ujung ekornya dan bukan kepalanya.
Setelah beberapa saat berlalu, pria ini mulai khawatir, dia takut apabila ular ini akan balik menggigitnya pula, dan demi berusaha untuk mendamaikan keadaan dia pun meletakkan roti dan garam di lubang ular itu.
Melihat hal ini, ular tersebut berkata: “Mulai sekarang takkan bisa ada perdamaian antara kita; karena disaat aku melihatmu, aku akan teringat tentang ekorku yang putus, dan sementara saat engkau melihatku, kamu akan berpikir tentang kematian anakmu.”
***
 
Dari dongeng di atas menyiratkan bagaimana ketika kita dilukai oleh seseorang, kita takkan pernah bisa benar-benar melupakan luka itu ketika berhadapan lagi dengannya. Apakah hal ini benar? Bisa yah… Bisa tidak… Semuanya balik lagi ke pribadi masing-masing, apakah kita seseorang yang berhati besar atau justru seorang pendendam. Dan dalam beberapa kasus, mudah atau tidaknya ini tergantung pula seberapa besar orang itu telah menyakiti kita. Namun terlepas dari hal itu, saya akan mencoba untuk memberikan beberapa tips bagaimana caranya untuk memaafkan orang lain. Karena asal anda tahu saja, memaafkan orang lain itu besar juga pengaruhnya terhadap kesehatan jiwa kita.
 
Forgive the act… Forgive the person…
Untuk memaafkan seseorang itu berarti kita harus benar-benar melepaskan setiap rasa kebencian kita terhadapnya. Ingat, memaafkan perbuatan seseorang terhadap kita dan memaafkan si pelaku perbuatan itu adalah dua hal yang berbeda. Walau tak pernah kita sadari seringkali kita memaafkan perbuatan dia, namun disudut hati terkecil, kita justru belum memaafkan orang yang berbuat salah ini, atau justru sebaliknya. Disinilah masalah awal yang harus kita tuntaskan.
Jika satu saat orang ini datang untuk meminta maaf, janganlah terburu-buru mengambil keputusan. Katakan padanya bahwa anda membutuhkan waktu untuk berpikir. Memikirkan tentang seberapa besar anda telah terluka akibat perbuatannya. Tahu tidak, terkadang ada beberapa dari kita yang bersikap munafik pada diri sendiri, mencoba membohongi diri bahwa kita baik-baik saja, kita tidak terluka, everything is fine. Jangan lakukan itu! Cobalah jujur pada diri sendiri. Terimalah bahwa anda telah dilukai. Oleh siapa, seberapa besar dan bagaimana dia telah menyakiti anda, renungkanlah semua.
Dan setelahnya anda bisa mengambil langkah selanjutnya, yaitu mencoba memahami dia yang telah menyakiti anda. Semua manusia saat baru pertama kali terlahir di dunia ini, tak ada satupun yang memiliki keinginan untuk menyakiti orang lain, baik itu secara fisik maupun batin. Jadi apa yang terjadi bertahun-tahun kemudian ketika dia mulai menyakiti orang lain? Mungkin itu akibat luka yang juga pernah dialaminya. Yang kemudian melampiaskan rasa sakitnya dengan menyakiti orang lain lagi, dan itu adalah merupakan pilihan yang salah. Jadi apakah anda akan membiarkan diri anda menyimpan dendam seperti itu dan mengambil tindakan yang sama?
Sedikit berbagi pengalaman, dalam hidup saya juga menemui banyak orang dan hal-hal yang membuat saya merasa sedih. Tak dipelak, saya terkadang melampiaskannya dengan menangis. Namun dalam tangis itu saya sering diam-diam berdoa sama Tuhan, agar dia dibukakan matanya atas perbuatan yang sudah dia lakukan. Saya berdoa begini sebenarnya bukan cuman untuk dia saja, tapi juga terlebih untuk menenangkan diri serta memberikan saya kekuatan, dan tak jarang dalam doa itu saya justru diingatkan bahwa ada satu saat dimana saya pun telah berbuat salah dan menyakiti orang lain. Dalam pikirku, setiap manusia tidak ada yang sempurna, tidak ada orang yang tidak pernah berbuat salah.
Oleh karena itu saya memilih untuk memaafkan, kenapa? Karena bila kita tidak memaafkan, kita justru hanya berpaling dari suatu masalah. Dan seumur hidup kita tidak akan pernah bisa melepaskan diri dari masalah itu. Namun saat kita benar-benar memaafkan, kita akan kembali melangkah maju.
 
Face to face…
Pada akhirnya setelah anda merasa cukup siap untuk berhadapan dengannya. Maka ajaklah dia untuk bertemu, ajaklah dia untuk membahas apa yang telah terjadi. Oh iya, tidak selamanya pihak yang bersalah yang harus membuka jalan . Kita sebagai korban jika memiliki hati yang besar, tak ada salahnya memulai percakapan. Jangan menunggu seseorang meminta maaf terlebih dahulu baru anda mengambil aksi, karena tidak selamanya orang yang bersalah itu akan mengucapkan kata maaf, mungkin karena dia memang tidak menyadari kesalahannya atau bisa juga karena dia merasa segan untuk bertemu dengan anda setelah apa yang dia perbuat terhadap anda. Disinilah kita harus berperan lebih jauh. Jadi jika anda memang telah merasa siap, hubungilah dia.
 
Take things slowly…
Persoalan memaafkan, bukanlah sesuatu yang bisa diselesaikan dalam satu waktu saja. Ibaratnya seperti lapisan pada bawang, tiap kali kita mengupasnya, akan memberikan kita rasa pedih, marah, namun kita terus saja mengupasnya. Sama halnya dengan memberi maaf ini yang harus terus kita dengungkan dalam hati dan pikiran kita berulang-ulang untuk mengikis rasa benci dan amarah, meskipun pedih, meskipun pahit. Namun perlahan-lahan saat lapisan-lapisan itu mulai menipis, proses ini akan menjadi lebih mudah.

Video  —  Posted: Oktober 15, 2012 in Uncategorized

1. A Thousand Years

Lagu yang menjadi soundtrack film ‘The Breaking Dawn: Part 1’ ini dinyanyikan oleh Christina Perri. Syair lagu ini sangat menggambarkan perasaan Bella Swan dan Edward Cullen (dan mungkin hampir semua pasangan pengantin pada umumnya) ketika berjalan di altar dan detik-detik menjelang pengucapan janji setia di hadapan penghulu. Melodi dan lirik yang romantis, menjadikan lagu ini sesuai jadi pengiring untuk pesta pernikahan.

2. From This Moment On

Siapa yang tidak kenal lagu ini? Sejak dirilis pada pertengahan tahun 90-an sampai sekarang, lagu yang dinyanyikan Shania Twain ini selalu jadi lagu favorit di pesta pernikahan. Ucapan janji untuk selalu bersama dan saling mencintai baik di saat lemah maupun kuat, sedih atau senang, saat terbaik maupun terburuk di dalam lirik sangat cocok untuk menggambarkan nuansa pernikahan yang sakral.

 3. Dia

Lagu semi-jazz yang dinyanyikan Maliq N D’Essentials ini pun jadi pilihan favorit untuk diputar di pesta pernikahan. Secara eksplisit, liriknya menceritakan seseorang yang telah menemukan tambatan hati. Pasangan yang sempurna, tulus dan mencintai apa adanya.

4. Because Of You

Keith Martin merilis dan mempopulerkan lagu ini pada 2004, dan hingga kini masih menjadi lagu hit di Amerika Serikat dan Asia. Tak dipungkiri, lagu ini memang menjadi overrated karena besarnya exposure dan seringnya diputar di TV maupun radio-radio di seluruh dunia. Tapi tetap saja, melodi yang catchy dan romantis membuat ‘Because of You’ masih jadi lagu pilihan favorit untuk pernikahan.

5. Close To You

Lagu milik band The Carpenters ini termasuk lawas, dirilis pada 1970, namun termasuk dalam kategori everlasting love yang masih akan tetap digemari dari generasi ke generasi. Bahkan albumnya yang bertitel sama, menempati urutan ke 175 dalam daftar 500 album terbaik sepanjang masa versi Majalah Rolling Stone.

 6. L-O-V-E

“L, is for the way you look at me. O, is for the Only one I see. V, is Very Very extraordinary and E, is Even more than anyone that you adore and LOVE…” Melihat lirik awalnya, tak diragukan kalau lagu ini memang diciptakan untuk mengisi ‘soundtrack’ pernikahan. Berapa puluh, atau mungkin ratusan kali Anda mendengar lagu yang dipopulerkan Nat King Cole ini diputar saat menghadiri resepsi teman atau kerabat?

7. Menikahimu

Sepertinya band Kahitna memang mendedikasikan lagu ini untuk semua pasangan yang mengikat janji suci dan melangkah ke pelaminan. Menceritakan pelabuhan asmara, untuk saling menjaga kesetiaan dan melintasi perjalanan usia bersama.

8. You’re My Everything

Soundtrack film ‘Cinta Silver’ ini dinyanyikan penyanyi R&B Glenn Fredly. Suara merdu Glenn yang mengalun lembut, melodi up-beat dan ceria cocok untuk mendampingi pesta pernikahan dengan konsep casual atau garden party. Jika diperhatikan dengan seksama, liriknya menyiratkan sebuah lamaran menikah dari seorang pria kepada kekasihnya

9. Marry You

Mendengar lagu milik Bruno Mars ini, Anda yang masih lajang mungkin ingin segera menikah. Lagu romantis yang dibawakan dengan tempo cepat dan progresif memang bisa membuat pendengarnya lebih bersemangat. Cocok untuk membangkitkan suasana ceria dan bahagia di pesta pernikahan. ‘Hey Baby, I think I wanna Marry You!’

10. Whe You Say Nothing At All

Bahasa tubuh kadang lebih efektif mengungkapkan perasaan cinta dibandingkan kata-kata. Itu mungkin pesan yang ingin disampaikan lagu yang dinyanyikan Ronan Keating ini. Senyuman yang menyiratkan keinginan untuk selalu bersama, tatapan mata pertanda kesetiaan dan sentuhan tangan untuk saling menopang pasangan, adalah sepenggal makna yang menggambarkan harapan akan sebuah pernikahan yang langgeng.

SEMANGKUK BAKSO

Posted: Oktober 11, 2012 in Uncategorized

Semangkuk Bakso

 

Dikisahkan, biasanya di hari ulang tahun Putri, ibu pasti sibuk di dapur memasak dan menghidangkan makanan kesukaannya. Tepat saat yang ditunggu, betapa kecewa hati si Putri, meja makan kosong, tidak tampak sedikit pun bayangan makanan kesukaannya tersedia di sana. Putri kesal, marah, dan jengkel.

“Huh, ibu sudah tidak sayang lagi padaku. Sudah tidak ingat hari ulang tahun anaknya sendiri, sungguh keterlaluan,” gerutunya dalam hati. “Ini semua pasti gara-gara adinda sakit semalam sehingga ibu lupa pada ulang tahun dan makanan kesukaanku. Dasar anak manja!”

 

Ditunggu sampai siang, tampaknya orang serumah tidak peduli lagi kepadanya. Tidak ada yang memberi selamat, ciuman, atau mungkin memberi kado untuknya.

 

Dengan perasaan marah dan sedih, Putri pergi meninggalkan rumah begitu saja. Perut kosong dan pikiran yang dipenuhi kejengkelan membuatnya berjalan sembarangan. Saat melewati sebuah gerobak penjual bakso dan mencium aroma nikmat, tiba-tiba Putri sadar, betapa lapar perutnya! Dia menatap nanar kepulan asap di atas semangkuk bakso.

 

“Mau beli bakso, neng? Duduk saja di dalam,” sapa si tukang bakso.

 

“Mau, bang. Tapi saya tidak punya uang,” jawabnya tersipu malu.

 

“Bagaimana kalau hari ini abang traktir kamu? Duduklah, abang siapin mi bakso yang super enak.”

 

Putri pun segera duduk di dalam.

 

Tiba-tiba, dia tidak kuasa menahan air matanya, “Lho, kenapa menangis, neng?” tanya si abang.

 

“Saya jadi ingat ibu saya, nang. Sebenarnya… hari ini ulang tahun saya. Malah abang, yang tidak saya kenal, yang memberi saya makan. Ibuku sendiri tidak ingat hari ulang tahunku apalagi memberi makanan kesukaanku. Saya sedih dan kecewa, bang.”

 

“Neng cantik, abang yang baru sekali aja memberi makanan bisa bikin neng terharu sampai nangis. Lha, padahal ibu dan bapak neng, yang ngasih makan tiap hari, dari neng bayi sampai segede ini, apa neng pernah terharu begini? Jangan ngeremehin orangtua sendiri neng, ntar nyesel lho.”

 

Putri seketika tersadar, “Kenapa aku tidak pernah berpikir seperti itu?”

 

Setelah menghabiskan makanan dan berucap banyak terima kasih, Putri bergegas pergi. Setiba di rumah, ibunya menyambut dengan pelukan hangat, wajah cemas sekaligus lega,

 

“Putri, dari mana kamu seharian ini, ibu tidak tahu harus mencari kamu ke mana. Putri, selamat ulang tahun ya. Ibu telah membuat semua makanan kesukaan Putri. Putri pasti lapar kan? Ayo nikmati semua itu.”

 

“Ibu, maafkan Putri, Bu,” Putri pun menangis dan menyesal di pelukan ibunya. Dan yang membuat Putri semakin menyesal, ternyata di dalam rumah hadir pula sahabat-sahabat baik dan paman serta bibinya. Ternyata ibu Putri membuatkan pesta kejutan untuk putri kesayangannya.

 

=====================================================

 

Saat kita mendapat pertolongan atau menerima pemberian sekecil apapun dari orang lain, sering kali kita begitu senang dan selalu berterima kasih. Sayangnya, kadang kasih dan kepedulian tanpa syarat yang diberikan oleh orangtua dan saudara tidak tampak di mata kita. Seolah menjadi kewajiban orangtua untuk selalu berada di posisi siap membantu, kapan pun.

 

Bahkan, jika hal itu tidak terpenuhi, segera kita memvonis, yang tidak sayanglah, yang tidak mengerti anak sendirilah, atau dilanda perasaan sedih, marah, dan kecewa yang hanya merugikan diri sendiri. Maka untuk itu, kita butuh untuk belajar dan belajar mengendalikan diri, agar kita mampu hidup secara harmonis dengan keluarga, orangtua, saudara, dan dengan masyarakat lainnya.

Sumber : andriewongso.com

Makna sebuah Pekerjaan

Posted: Oktober 11, 2012 in Uncategorized

Seorang eksekutif muda sedang beristirahat siang di sebuah kafe terbuka. Sambil sibuk mengetik di laptopnya, saat itu seorang gadis kecil yang membawa beberapa tangkai bunga menghampirinya.

”Om beli bunga Om.”
”Tidak Dik, saya tidak butuh,” ujar eksekutif muda itu tetap sibuk dengan laptopnya.
”Satu saja Om, kan bunganya bisa untuk kekasih atau istri Om,” rayu si gadis kecil.

Setengah kesal dengan nada tinggi karena merasa terganggu keasikannya si pemuda berkata, ”Adik kecil tidak melihat Om sedang sibuk? Kapan-kapan ya kalo Om butuh Om akan beli bunga dari kamu.”

Mendengar ucapan si pemuda, gadis kecil itu pun kemudian beralih ke orang-orang yang lalu lalang di sekitar kafe itu. Setelah menyelesaikan istirahat siangnya,si pemuda segera beranjak dari kafe itu. Saat berjalan keluar ia berjumpa lagi dengan si gadis kecil penjual bunga yang kembali mendekatinya. ”Sudah selesai kerja Om, sekarang beli bunga ini dong Om, murah kok satu tangkai saja.”

Bercampur antara jengkel dan kasihan sipemuda mengeluarkan sejumlah uang dari sakunya. “Ini uang 2000 rupiah buat kamu. Om tidak mau bunganya, anggap saja ini sedekah untuk kamu,” ujar si pemuda sambil mengangsurkan uangnya kepada si gadis kecil.

Uang itu diambilnya, tetapi bukan untuk disimpan, melainkan ia berikan kepada pengemis tua yang kebetulan lewat di sekitar sana. Pemuda itu keheranan dan sedikit tersinggung.

”Kenapa uang tadi tidak kamu ambil, malah kamu berikan kepada pengemis?”
Dengan keluguannya si gadis kecil menjawab,
”Maaf Om, saya sudah berjanji dengan ibu saya bahwa saya harus menjual bunga-bunga ini dan bukan mendapatkan uang dari meminta-minta. Ibu saya selalu berpesan walaupun tidak punya uang kita tidak bolah menjadi pengemis.”

Pemuda itu tertegun, betapa ia mendapatkan pelajaran yang sangat berharga dari seorang anak kecil bahwa kerja adalah sebuah kehormatan, meski hasil tidak seberapa tetapi keringat yang menetes dari hasil kerja keras adalah sebuah kebanggaan. Si pemuda itu pun akhirnya mengeluarkan dompetnya dan membeli semua bunga-bunga itu, bukan karena kasihan, tapi karena semangat kerja dan keyakinan si anak kecil yang memberinya pelajaran berharga hari itu.

Tidak jarang kita menghargai pekerjaan sebatas pada uangatau upah yang diterima. Kerja akan bernilai lebih jika itu menjadi kebanggaan bagi kita. Sekecil apapun peran dalam sebuah pekerjaan, jika kita kerjakan dengan sungguh-sungguh akan memberi nilai kepada manusia itu sendiri. Dengan begitu, setiap tetes keringat yang mengucur akan menjadi sebuah kehormatan yang pantas kita perjuangkan.

25 FAKTA TENTANG CEWEK

Posted: Oktober 11, 2012 in Uncategorized

♥ 25 FAKTA TENTANG CEWEK ♥
(Cowok Wajib Tau)

1. paling nggak suka dibanding²in apalagi soal fisik
2. paling gasuka dimarahin apa lagi di diemin! -_-

3. sebener nya di saat cewek marah tanpa alasan , itu
saat dimana dia butuh perhatian.

4. lebih suka ngomong “ terserah ” dari pada harus memperpanjang masalah

5. lebih suka menangis dan memendam nya saat ada
masalah , dari pada mengumbarnya dg orang banyak

6. menurut cewek , cowok ganteng biasa ! kesetiaan
nya itu lho yg luuaaaarrrr biasaaaa!

7. cewek suka cowok perhatian , tapi perhatian nya cuma kesatu cewek dong ! jgn kesemua cewek –”

8. kebanyakan cewek suka banget di perhati in + di
manja in (´▽`ʃƪ)

9. sebenernya cewek itu tukang bohong.ups ! coba deh
tanya di saat di ada masalah , di pasti bilang , “ enggak
kok nggak adaapa ² ” + sekuat² ny tersenyum padahal dia lagi sakiiiit banget.

10. cewek enggak lemah juga enggak kuat. cuma ,
berpura² lemah dan berpura² kuat aja

11. cewek yang suka manis² , adalah pribadi yg suka
menonjolkan diri dan merasa paling spesial

12. cewek yg suka makan ayam , cenderung berpikir logis dan jarang melibatkan perasaan kalau cewek yg
suka latah ayam goreng gimana yaaaaa?

13. cewek yg suka makan mie cenderung independen
dan perfeksionis

14. cewek seneeeeeng bangeeeet!
kalo menjadi yg
dipikirkan oleh seseorang”

15. terkadang cewek lebih memilih tak
mengungkapkan perasaan.karna rasa nya terlalu sakit
–”

16. suka diperlakukan sopan dan di anggap berharga
yeah !

17. pengen dimanjain sama si dia,tanpa harus minta duluan

18. cewek suka bangeeet ! punya cowok yg ibadahnya
rajin dan bisa jadi imam #setujuuuuu mamen

19. cewek paling seneng ngebaca ulang berkali² sms/
message/ mention dari org yg dia sayang.yakin deh ! si
cewek pasti senyum terus bawaannya

20. cewek suka laper pas malem ² tapi mereka selalu
nahan.biasaaa… takut gendut

21. cewek itu gampang badmoodh kalo dicuekin sama
org yg dia sayang

22. cewek itu gampang cemburuan dan curigaan !

23. cewek baik emang banyak disukai banyak cowok ,
tapi tenang cewek baik hanya mencintai satu cowok

24. lebih sering mendengarkan kata hati daripada
logika

25. suka kelihatan cantik.

Renungkan

Posted: Oktober 11, 2012 in Uncategorized

Aku membencinya, Itulah yang selalu kubisikkan dalam hatiku hampir sepanjang kebersamaan kami. Meskipun menikahinya, Aku tak pernah benar-benar menyerahkan hatiku padanya. Menikah karena paksaan orangtua, Membuatku membenci suamiku sendiri. Walaupun menikah terpaksa, Aku tak pernah menunjukkan sikap benciku. Meskipun membencinya, Setiap hari aku melayaninya sebagaimana tugas istri. Aku terpaksa melakukan semuanya karena aku tak punya pegangan lain. Beberapa kali muncul keinginan meninggalkannya
tapi aku tak punya kemampuan finansial dan dukungan siapapun. Kedua orangtuaku sangat menyayangi suamiku karena menurut mereka, Suamiku adalah sosok suami sempurna untuk putri satu-satunya mereka. Ketika menikah, Aku menjadi istri yang teramat manja. Kulakukan segala hal sesuka hatiku. Suamiku juga memanjakanku sedemikian rupa. Aku tak pernah benar-benar menjalani tugasku sebagai seorang istri. Aku selalu bergantung padanya karena aku menganggap hal itu sudah seharusnya setelah apa yang ia lakukan padaku. Aku telah menyerahkan hidupku padanya sehingga tugasnyalah membuatku bahagia dengan menuruti semua keinginanku.

Di rumah kami, Akulah ratunya. Tak ada seorangpun yang berani melawan. Jika ada sedikit saja masalah, Aku selalu menyalahkan suamiku. Aku tak suka handuknya yang basah yang diletakkan di tempat tidur, Aku sebal melihat ia meletakkan sendok sisa mengaduk susu di atas meja dan meninggalkan bekas lengket, Aku benci ketika ia memakai komputerku meskipun hanya untuk menyelesaikan pekerjaannya. Aku marah kalau ia menggantung bajunya di kapstock bajuku, Aku juga marah kalau ia memakai pasta gigi tanpa memencetnya dengan rapi, Aku marah kalau ia menghubungiku hingga berkali-kali ketika aku sedang bersenang-senang dengan teman-temanku.

Tadinya aku memilih untuk tidak punya anak. Meskipun tidak bekerja, Tapi aku tak mau mengurus anak. Awalnya dia mendukung dan akupun ber-KB dengan pil. Tapi rupanya ia menyembunyikan keinginannya begitu dalam sampai suatu hari aku lupa minum pil KB dan meskipun ia tahu ia membiarkannya. Akupun hamil dan baru menyadarinya setelah lebih dari empat bulan, Dokterpun menolak menggugurkannya.

Itulah kemarahanku terbesar padanya. Kemarahan semakin bertambah ketika aku mengandung sepasang anak kembar dan harus mengalami kelahiran yang sulit. Aku memaksanya melakukan tindakan vasektomi agar aku tidak hamil lagi. Dengan patuh ia melakukan semua keinginanku karena aku mengancam akan meninggalkannya bersama kedua anak kami. Waktu berlalu hingga anak-anak tak terasa berulang tahun yang ke-delapan. Seperti pagi-pagi sebelumnya, Aku bangun paling akhir. Suami dan anak-anak sudah menungguku di meja makan. Seperti biasa, Dialah yang menyediakan sarapan pagi dan mengantar anak-anak ke sekolah. Hari itu, Ia mengingatkan kalau hari itu ada peringatan ulang tahun ibuku. Aku hanya menjawab dengan anggukan tanpa mempedulikan kata-katanya yang mengingatkan peristiwa tahun
sebelumnya, Saat itu aku memilih ke mal dan tidak hadir di acara ibu.

Yaah, Karena merasa terjebak dengan perkimpoianku, Aku juga membenci kedua orangtuaku. Sebelum ke kantor, Biasanya suamiku mencium pipiku saja dan diikuti anak-anak. Tetapi hari itu, Ia juga memelukku sehingga anak-anak menggoda ayahnya dengan ribut. Aku berusaha mengelak dan melepaskan pelukannya. Meskipun akhirnya ikut tersenyum bersama anak-anak. Ia kembali mencium hingga beberapa kali di depan pintu Seakan-akan berat untuk pergi.

Ketika mereka pergi, Akupun memutuskan untuk ke salon. Menghabiskan waktu ke salon adalah hobiku. Aku tiba di salon langgananku beberapa jam kemudian. Di salon aku bertemu salah satu temanku sekaligus orang yang tidak kusukai. Kami mengobrol dengan asyik termasuk saling memamerkan kegiatan kami. Tiba waktunya aku harus membayar tagihan salon. Namun betapa terkejutnya aku, Ketika menyadari bahwa dompetku tertinggal di rumah. Meskipun merogoh tasku hingga bagian terdalam aku tak menemukannya di dalam tas. Sambil berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi hingga dompetku tak bisa kutemukan. Aku menelepon suamiku dan bertanya,
“Maaf sayang, Kemarin Farhan meminta uang jajan dan aku tak punya uang kecil maka kuambil dari dompetmu. Aku lupa menaruhnya kembali ke tasmu, Kalau tidak salah aku letakkan di atas meja kerjaku.”
Katanya menjelaskan dengan lembut. Dengan marah, Aku mengomelinya dengan kasar. Kututup telepon tanpa
menunggunya selesai bicara.

Tak lama kemudian, Handphoneku kembali berbunyi dan meski masih kesal, Akupun mengangkatnya dengan setengah membentak. “Apalagi??”
“Sayang, Aku pulang sekarang, Aku akan ambil dompet dan mengantarnya padamu. Sayang sekarang ada dimana?” tanya suamiku cepat , Kuatir Aku menutup telepon kembali.
Aku menyebut nama salonku dan tanpa menunggu jawabannya lagi, Aku kembali menutup telepon. Aku berbicara dengan kasir dan mengatakan bahwa suamiku akan datang membayarkan tagihanku. Si empunya Salon yang sahabatku sebenarnya sudah membolehkanku pergi dan mengatakan aku bisa membayarnya nanti kalau aku kembali lagi.

Tapi rasa malu karena “musuh”ku juga ikut mendengarku ketinggalan dompet membuatku gengsi untuk berhutang dulu. Hujan turun ketika aku melihat keluar dan berharap mobil suamiku segera sampai. Menit berlalu menjadi jam, Aku semakin tidak sabar sehingga mulai menghubungi handphone suamiku. Tak ada jawaban meskipun sudah berkali-kali kutelepon. Padahal biasanya hanya dua kali berdering teleponku sudah diangkatnya. Aku mulai merasa tidak enak dan marah. Teleponku diangkat setelah beberapa kali mencoba. Ketika suara bentakanku belum lagi keluar, Terdengar suara asing
menjawab telepon suamiku. Aku terdiam beberapa saat sebelum suara lelaki asing itu memperkenalkan diri,
“Selamat siang, ibu. Apakah ibu istri dari bapak armandi?”
Kujawab pertanyaan itu segera. Lelaki asing itu ternyata seorang polisi, Ia memberitahu bahwa suamiku mengalami kecelakaan dan saat ini ia sedang dibawa ke rumah sakit kepolisian.

Saat itu aku hanya terdiam dan hanya menjawab terima kasih. Ketika telepon ditutup, aku berjongkok dengan bingung. Tanganku menggenggam erat handphone yang kupegang dan beberapa pegawai salon mendekatiku dengan sigap bertanya ada apa hingga wajahku menjadi pucat seputih kertas. Entah bagaimana akhirnya aku sampai di rumah sakit. Entah bagaimana juga tahu-tahu seluruh keluarga hadir di sana menyusulku. Aku yang hanya diam seribu bahasa menunggu suamiku di depan ruang gawat darurat. Aku tak tahu harus melakukan apa karena selama ini dialah yang melakukan segalanya untukku. Ketika akhirnya setelah menunggu beberapa jam, tepat ketika kumandang adzan maghrib terdengar seorang dokter keluar dan menyampaikan berita itu. Suamiku telah tiada. Ia pergi bukan karena kecelakaan itu sendiri, Serangan stroke-lah yang menyebabkan kematiannya.

Selesai mendengar kenyataan itu, Aku malah sibuk menguatkan kedua orangtuaku dan orangtuanya yang shock. Sama sekali tak ada airmata setetespun keluar di kedua mataku. Aku sibuk menenangkan ayah ibu dan mertuaku. Anak-anak yang terpukul memelukku dengan erat tetapi kesedihan mereka sama sekali tak mampu membuatku menangis. Ketika jenazah dibawa ke rumah dan aku duduk di hadapannya, Aku termangu menatap wajah itu. Kusadari baru kali inilah aku benar-benar menatap wajahnya yang tampak tertidur pulas. Kudekati wajahnya dan kupandangi dengan seksama. Saat itulah dadaku menjadi sesak teringat apa yang telah ia berikan padaku selama sepuluh tahun kebersamaan kami. Kusentuh perlahan wajahnya yang telah dingin dan kusadari inilah kali pertama kali aku menyentuh wajahnya yang dulu selalu dihiasi senyum hangat.

Airmata merebak dimataku, Mengaburkan pandanganku. Aku terkesiap berusaha mengusap agar airmata tak menghalangi tatapan terakhirku padanya, Aku ingin mengingat semua bagian wajahnya agar kenangan manis tentang suamiku tak berakhir begitu saja. Tapi bukannya berhenti, Airmataku semakin deras membanjiri kedua pipiku. Peringatan dari imam masjid yang mengatur prosesi pemakaman tidak mampu membuatku berhenti menangis. Aku berusaha menahannya, Tapi dadaku sesak mengingat apa yang telah kuperbuat padanya terakhir kali kami berbicara.

Aku teringat betapa aku tak pernah memperhatikan kesehatannya. Aku hampir tak pernah mengatur makannya. Padahal ia selalu mengatur apa yang kumakan. Ia memperhatikan vitamin dan obat yang harus kukonsumsi terutama ketika mengandung dan setelah melahirkan. Ia tak pernah absen mengingatkanku makan teratur, bahkan terkadang menyuapiku kalau aku sedang malas makan. Aku tak pernah tahu apa yang ia makan karena aku tak pernah bertanya. Bahkan aku tak tahu apa yang ia sukai dan tidak disukai. Hampir seluruh keluarga tahu bahwa suamiku adalah penggemar mie instant dan kopi kental. Dadaku sesak mendengarnya, Karena aku tahu ia mungkin terpaksa makan mie instant karena aku hampir tak pernah memasak untuknya. Aku hanya memasak untuk anak-anak dan diriku sendiri. Aku tak perduli dia sudah makan atau belum ketika pulang kerja. Ia bisa makan masakanku hanya kalau bersisa. Ia pun pulang larut malam setiap hari karena dari kantor cukup jauh dari rumah. Aku tak pernah mau menanggapi permintaannya untuk pindah lebih dekat ke kantornya karena tak mau jauh-jauh dari tempat tinggal teman-temanku.

Saat pemakaman, Aku tak mampu menahan diri lagi. Aku pingsan ketika melihat tubuhnya hilang bersamaan onggokan tanah yang menimbun. Aku tak tahu apapun sampai terbangun di tempat tidur besarku. Aku terbangun dengan rasa sesal memenuhi rongga dadaku. Keluarga besarku membujukku dengan sia-sia karena mereka tak pernah tahu mengapa aku begitu terluka kehilangan dirinya. Hari-hari yang kujalani setelah kepergiannya bukanlah kebebasan seperti yang selama ini kuinginkan tetapi aku malah terjebak di dalam keinginan untuk bersamanya.

Di hari-hari awal kepergiannya, Aku duduk termangu memandangi piring kosong. Ayah, Ibu dan ibu mertuaku membujukku makan. Tetapi yang kuingat hanyalah saat suamiku membujukku makan kalau aku sedang mengambek dulu. Ketika aku lupa membawa handuk saat mandi, aku berteriak memanggilnya seperti biasa dan ketika malah ibuku yang datang, Aku berjongkok menangis di dalam kamar mandi berharap ia yang datang. Kebiasaanku yang meneleponnya setiap kali aku tidak bisa melakukan sesuatu di
rumah, Membuat teman kerjanya kebingungan menjawab teleponku.
Setiap malam aku menunggunya di kamar tidur dan berharap esok pagi aku terbangun dengan sosoknya di sebelahku. Dulu aku begitu kesal kalau tidur mendengar suara dengkurannya, Tapi sekarang aku bahkan sering terbangun karena rindu mendengarnya kembali. Dulu aku kesal karena ia sering berantakan di kamar tidur kami, Tetapi
kini aku merasa kamar tidur kami terasa kosong dan hampa. Dulu aku begitu kesal jika ia melakukan pekerjaan dan meninggalkannya di laptopku tanpa me-log out, Sekarang aku memandangi komputer, Mengusap tuts-tutsnya berharap bekas jari-jarinya masih
tertinggal di sana. Dulu aku paling tidak suka ia membuat kopi tanpa alas piring di meja, Sekarang bekasnya yang tersisa di sarapan pagi terakhirnyapun tidak mau kuhapus. Remote televisi yang biasa disembunyikannya, Sekarang dengan mudah kutemukan meski aku berharap bisa mengganti kehilangannya dengan kehilangan remote.

Semua kebodohan itu kulakukan karena aku baru menyadari bahwa dia mencintaiku dan aku sudah terkena panah cintanya. Aku juga marah pada diriku sendiri, Aku marah karena semua kelihatan normal meskipun ia sudah tidak ada. Aku marah karena baju-bajunya masih di sana meninggalkan baunya yang membuatku rindu. Aku marah karena tak bisa menghentikan semua penyesalanku. Aku marah karena tak ada lagi yang membujukku agar tenang, Tak ada lagi yang mengingatkanku sholat meskipun kini kulakukan dengan ikhlas. Aku sholat karena aku ingin meminta maaf, Meminta maaf pada Allah karena menyia-nyiakan suami yang dianugerahi padaku, Meminta ampun karena telah menjadi istri yang tidak baik pada suami yang begitu sempurna. Sholatlah yang mampu menghapus dukaku sedikit demi sedikit. Cinta Allah padaku ditunjukkannya dengan begitu banyak perhatian dari keluarga untukku dan anak-anak. Teman-temanku yang selama ini kubela-belakan, Hampir tak pernah menunjukkan batang hidung mereka setelah kepergian suamiku.

Empat puluh hari setelah kematiannya, Keluarga mengingatkanku untuk bangkit dari keterpurukan. Ada dua anak yang menungguku dan harus kuhidupi. Kembali rasa bingung merasukiku. Selama ini aku tahu beres dan tak pernah bekerja. Semua dilakukan suamiku. Berapa besar pendapatannya selama ini aku tak pernah peduli, yang kupedulikan hanya jumlah rupiah yang ia transfer ke rekeningku untuk kupakai untuk keperluan pribadi dan setiap bulan uang itu hampir tak pernah bersisa. Dari kantor tempatnya bekerja, Aku memperoleh gaji terakhir beserta kompensasi bonusnya. Ketika melihatnya aku terdiam tak menyangka, Ternyata seluruh gajinya ditransfer ke rekeningku selama ini. Padahal aku tak pernah sedikitpun menggunakan untuk keperluan rumah tangga. Entah darimana ia memperoleh uang lain untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga karena aku tak pernah bertanya sekalipun soal itu.Yang aku tahu sekarang aku harus bekerja atau anak-anakku takkan bisa hidup karena jumlah gaji terakhir dan kompensasi bonusnya takkan cukup untuk menghidupi kami bertiga. Tapi bekerja di mana ? Aku hampir tak pernah punya pengalaman sama sekali. Semuanya selalu diatur oleh dia.

Kebingunganku terjawab beberapa waktu kemudian. Ayahku datang bersama seorang notaris. Ia membawa banyak sekali dokumen. Lalu notaris memberikan sebuah surat. Surat pernyataan suami bahwa ia mewariskan seluruh kekayaannya padaku dan anak-anak, Ia menyertai ibunya dalam surat tersebut tapi yang membuatku tak mampu berkata apapun adalah isi suratnya untukku.

Istriku Liliana tersayang, Maaf karena harus meninggalkanmu terlebih dahulu. Maaf karena harus membuatmu bertanggung jawab mengurus segalanya sendiri. Maaf karena aku tak bisa memberimu cinta dan kasih sayang lagi. Allah memberiku waktu yang terlalu singkat karena mencintaimu dan anak-anak adalah hal terbaik yang pernah kulakukan untukmu. Seandainya aku bisa, Aku ingin mendampingi sayang selamanya. Tetapi aku tak mau kalian kehilangan kasih sayangku begitu saja. Selama ini aku telah menabung sedikit demi sedikit untuk kehidupan kalian nanti. Aku tak ingin sayang susah setelah aku pergi. Tak banyak yang bisa kuberikan tetapi aku berharap sayang bisa memanfaatkannya untuk membesarkan dan mendidik anak-anak. Lakukan yang terbaik untuk mereka, Ya sayang. Jangan menangis, Sayangku yang manja. Lakukan banyak hal untuk membuat hidupmu yang terbuang percuma selama ini. Aku memberi kebebasan padamu untuk mewujudkan mimpi-mimpi yang tak sempat kau lakukan selama ini. Maafkan kalau aku menyusahkanmu dan semoga Tuhan memberimu jodoh yang lebih baik dariku.

Teruntuk Farah, Putri tercintaku. Maafkan karena ayah tak bisa mendampingimu. Jadilah istri yang baik seperti Ibu.
Dan Farhan, Ksatria pelindungku. Jagalah Ibu dan Farah. Jangan jadi anak yang bandel lagi dan selalu ingat dimanapun kalian berada, ayah akan disana melihatnya. Oke!

Aku terisak membaca surat itu, Ada gambar kartun dengan kacamata yang diberi lidah menjulur khas suamiku kalau ia mengirimkan note. Notaris memberitahu bahwa selama ini suamiku memiliki beberapa asuransi dan tabungan deposito dari hasil warisan ayah kandungnya. Suamiku membuat beberapa usaha dari hasil deposito tabungan tersebut dan usaha tersebut cukup berhasil meskipun dimanajerin oleh orang-orang kepercayaannya. Aku hanya bisa menangis terharu mengetahui betapa besar cintanya pada kami, Sehingga ketika ajal menjemputnya ia tetap membanjiri kami dengan cinta. Aku tak pernah berpikir untuk menikah lagi. Banyaknya lelaki yang hadir tak mampu menghapus sosoknya yang masih begitu hidup di dalam hatiku. Hari demi hari hanya kuabdikan untuk anak- anakku. Ketika orangtuaku dan mertuaku pergi satu persatu meninggalkanku selaman-lamanya, Tak satupun meninggalkan kesedihan sedalam kesedihanku saat suamiku pergi.

Kini kedua putra putriku berusia duapuluh tiga tahun. Dua hari lagi putriku menikah dengan seorang pemuda dari tanah seberang. Putri kami bertanya,
“Ibu, aku harus bagaimana nanti setelah menjadi istri, soalnya Farah kan ga bisa masak, ga bisa nyuci, gimana ya bu?”
Aku merangkulnya sambil berkata,
“Cinta sayang, cintailah suamimu, Cintailah pilihan hatimu, Cintailah apa yang ia miliki dan kau akan mendapatkan segalanya. Karena cinta, Kau akan belajar menyenangkan hatinya, Akan belajar menerima kekurangannya, Akan belajar bahwa sebesar apapun persoalan, Kalian akan menyelesaikannya atas nama cinta.”
Putriku menatapku,
“Aeperti cinta ibu untuk ayah ? Cinta itukah yang membuat ibu tetap setia pada ayah sampai sekarang?”
Aku menggeleng,
“Bukan, sayangku. Cintailah suamimu seperti ayah mencintai ibu dulu, Seperti ayah mencintai kalian berdua. Ibu setia pada ayah karena cinta ayah yang begitu besar pada ibu dan kalian berdua.”

Aku mungkin tak beruntung karena tak sempat menunjukkan cintaku pada suamiku. Aku menghabiskan sepuluh tahun untuk membencinya, Tetapi menghabiskan hampir sepanjang sisa hidupku untuk mencintainya. Aku bebas darinya karena kematian, Tapi aku tak pernah bisa bebas dari cintanya yang begitu tulus

Sosok Ayah

Posted: Oktober 11, 2012 in Uncategorized

Biasanya, bagi seorang anak perempuan yg sudah dewasa,
yg sedang bekerja diperantauan,
yg ikut suaminya merantau di luar kota atau luar negeri,

yg sedang bersekolah atau kuliah jauh dari kedua orang tuanya …
Akan sering merasa kangen sekali dengan Mamanya.
Lalu bagaimana dengan Ayah ?

Mungkin karena Mama lebih sering menelepon untuk menanyakan keadaanmu setiap hari,
tapi tahukah kamu, jika ternyata Ayah lah yg mengingatkan Mama untuk menelponmu ?

Mungkin dulu sewaktu kamu kecil,
Mama lah yg lebih sering mengajakmu bercerita atau berdongeng.
Tapi tahukah kamu,
bahwa sepulang Ayah bekerja & dengan wajah lelah
Ayah selalu menanyakan pada Mama tentang kabarmu & apa yg kamu lakukan seharian ?

Pada saat dirimu masih seorang anak perempuan kecil,
Ayah biasanya mengajari putri kecilnya naik sepeda.
Dan setelah Ayah mengganggapmu bisa,
Ayah akan melepaskan roda bantu di sepedamu.
Kemudian Mama bilang:
“Jangan dulu Ayah, jangan dilepas dulu roda bantunya”,
Mama takut putri manisnya terjatuh lalu terluka.
Tapi sadarkah kamu,
Bahwa Ayah dengan yakin akan membiarkanmu,
menatapmu, & menjagamu mengayuh sepeda dengan seksama,
karena dia tahu putri kecilnya PASTI BISA.

Pada saat kamu menangis merengek meminta boneka atau mainan yg baru,
Mama menatapmu iba.
Tapi Ayah akan mengatakan dengan tegas:
“Boleh, kita beli nanti, tapi tidak sekarang”.
Tahukah kamu, Ayah melakukan itu karena Ayah tidak ingin kamu menjadi anak yg manja dengan semua tuntutan yg selalu dapat dipenuhi ?

Saat kamu sakit pilek, 
Ayah yg terlalu khawatir sampai kadang sedikit membentak dengan berkata:
”Sudah di bilang, kamu jangan minum air dingin !”.
Berbeda dengan Mama yg memperhatikan & menasihatimu dengan lembut.
Ketahuilah, saat itu Ayah benar-benar mengkhawatirkan keadaanmu.

Ketika kamu sudah beranjak remaja,
kamu mulai menuntut pada Ayah untuk dapat izin keluar malam,
& Ayah bersikap tegas & mengatakan:
“Tidak boleh !”.
Tahukah kamu, bahwa Ayah melakukan itu untuk menjagamu ?
Karena bagi Ayah, kamu adalah sesuatu yg sangat-sangat luar biasa berharga …
Setelah itu kamu marah pada Ayah,
& masuk ke kamar sambil membanting pintu,
& yg datang mengetok pintu & membujukmu agar tidak marah adalah Mama.
Tahukah kamu, bahwa saat itu Ayah memejamkan matanya & menahan gejolak dalam batinnya,
bahwa Ayah sangat ingin mengikuti keinginanmu,
Tapi lagi-lagi dia HARUS menjagamu ?

Ketika saat seorang cowok mulai sering menelponmu,
atau bahkan datang ke rumah untuk menemuimu,
Ayah akan memasang wajah paling cool sedunia … :’)
Ayah sesekali menguping atau mengintip saat kamu sedang ngobrol berdua di ruang tamu …
Sadarkah kamu, kalau hati Ayah merasa cemburu ?

Saat kamu mulai lebih dipercaya,
& Ayah melonggarkan sedikit peraturan untuk keluar rumah untukmu,
kamu akan memaksa untuk melanggar jam malamnya.
Maka yg dilakukan Papa adalah duduk di ruang tamu,
& menunggumu pulang dengan hati yg sangat khawatir.
& setelah perasaan khawatir itu berlarut-larut,
ketika melihat putri kecilnya pulang larut malam hati Ayah akan mengeras,
& Ayah memarahimu …
Sadarkah kamu, bahwa ini karena hal yg di sangat ditakuti Ayah akan segera datang ?
Bahwa putri kecilnya akan segera pergi meninggalkan Ayah.

Setelah lulus SMA,
Ayah akan sedikit memaksamu untuk menjadi seorang Dokter atau Insinyur.
Ketahuilah, bahwa seluruh paksaan yg dilakukan Ayah itu semata-mata hanya karena memikirkan masa depanmu nanti.
Tapi toh Ayah tetap tersenyum & mendukungmu saat pilihanmu tidak sesuai dengan keinginan Ayah.

Ketika kamu menjadi gadis dewasa,
& kamu harus pergi kuliah dikota lain,
Ayah harus melepasmu di bandara.
Tahukah kamu bahwa badan Ayah terasa kaku untuk memelukmu ?
Ayah hanya tersenyum sambil memberi nasehat ini itu,
& menyuruhmu untuk berhati-hati,
padahal Ayah ingin sekali menangis seperti Mama & memelukmu erat-erat.
Yg Ayah lakukan hanya menghapus sedikit air mata di sudut matanya,
& menepuk pundakmu sambil berkata:
“Jaga dirimu baik-baik ya sayang”.
Ayah melakukan itu semua agar kamu KUAT,
kuat untuk pergi & menjadi dewasa.

Disaat kamu butuh uang untuk membiayai uang semester & kehidupanmu,
orang pertama yg mengerutkan kening adalah Ayah.
Ayah pasti berusaha keras mencari jalan agar anaknya bisa merasa sama dengan teman-temannya yg lain.

Ketika permintaanmu bukan lagi sekedar meminta boneka baru,
& Ayah tahu ia tidak bisa memberikan yg kamu inginkan,
kata-kata yg keluar dari mulut Ayah adalah:
“Tidak … Tidak bisa !”.
Padahal dalam batin Ayah, Ia sangat ingin mengatakan
“Iya sayang, nanti Ayah belikan untukmu”.
Tahukah kamu bahwa pada saat itu Ayah merasa gagal membuat anaknya tersenyum ?

Saatnya kamu diwisuda sebagai seorang sarjana.
Ayah adalah orang pertama yg berdiri & memberi tepuk tangan untukmu.
Ayah akan tersenyum dengan bangga & puas melihat
“putri kecilnya yg tidak manja berhasil tumbuh dewasa,
& telah menjadi seseorang”.

Sampai saat seorang cowok datang ke rumah dan meminta izin pada Ayah untuk mengambilmu darinya,
Ayah akan sangat berhati-hati memberikan izin.
Karena Ayah tahu …
Bahwa cowok itulah yg akan menggantikan posisinya nanti …

Dan akhirnya,
saat Ayah melihatmu duduk di Panggung Pelaminan bersama seseorang cowok yg di anggapnya pantas menggantikannya,
Ayah pun tersenyum bahagia …
Apakah kamu mengetahui, di hari yg bahagia itu Ayah pergi ke kebelakang panggung sebentar, & menangis ?
Ayah menangis karena Ayah sangat Bahagia !.

Kemudian Ayah berdoa,
dalam lirih doanya kepada Tuhan,
Ayah berkata:
“Ya Allah, tugasku telah selesai dengan baik.
Putri kecilku yg lucu & kucintai telah menjadi wanita yg cantik.
Bahagiakanlah ia bersama suaminya ya Rabb”.

Setelah itu Ayah hanya bisa menunggu kedatanganmu bersama cucu-cucunya yg sesekali datang untuk menjenguk …

Dengan rambut yg telah & semakin memutih,
& badan serta lengan yg tak lagi kuat untuk menjagamu dari bahaya …
Ayah telah menyelesaikan tugasnya.

***

Papa, Ayah, Bapak, atau Abah kita,
Adalah sosok yg harus selalu terlihat kuat.

Bahkan ketika dia tidak kuat untuk tidak menangis,
dia harus terlihat tegas bahkan saat dia ingin memanjakanmu …

Dan dia adalah orang yg pertama yg selalu yakin bahwa
“KAMU BISA” dalam segala hal apapun … :’)

Tersenyum & bersyukurlah ketika kamu bisa merasakan kasih sayang seorang Ayah hingga tugasnya selesai …
Jika kamu mengalaminya, kamu adalah salah satu orang yg beruntung …